Jika Anda Didiagnosa Menderita Hepatitis B, Jangan Langsung Stres
Hepatitis B dapat diobati dan Anda harus segera melakukan konsultasi ke dokter agar kondisi yang terjadi tidak semakin parah. Hepatitis B dibedakan menjadi Hepatitis B akut dan Hepatitis B kronik. Kedua kondisi tersebut memiliki gejala yang sangat bervariasi, mulai dari yang tidak bergejala hingga dapat menimbulkan gejala berat seperti penurunan kesadaran (ensefalopati).
Penegakan diagnosis Hepatitis B dilakukan berdasarkan adanya HBsAg atau hepatitis B surface antigent di dalam darah. HBsAg merupakan bagian luar (amplop) dari virus hepatitis B. Adanya HBsAg di dalam darah sebaiknya harus di ikuti pemeriksaan HBeAg (hepatitis B envelope antigent) untuk menilai kecepatan perkembangan Virus dan Anti-HBe. Kedua hal tersebut merupakan respons pertama tubuh terhadap infeksi Virus Hepatitis B (HBV).
Untuk mengetahui apakah keberadaan hepatitis B dalam tubuh itu bersifat merusak, selanjutnya harus diadakan pemeriksaan DNA virus hepatitis B (HBV DNA) untuk mengetahui jumlah virus di dalam darah. Jika kita ingin mengetahui apakah infeksi masih bersifat infeksius atau tidak, perlu dilakukan pemeriksaan HBeAg dan Anti-HBe. Hasil positif dari pemeriksaan tersebut menunjukkan kondisi yang terjadi bersifat infeksius (menular) dan hasil negatif menunjukkan bahwa infeksi yang terjadi bersifat tidak menular.
Pemeriksaan selanjutnya yang harus dilakukan adalah pemeriksaan HBV DNA. Hasil pemeriksaan tersebut menentukan waktu dimulainya pengobatan dan durasi pengobatan. Pemeriksaan HBV DNA diikuti dengan pemeriksaan HBeAg untuk menentukan kapan pengobatan dengan antivirus dimulai. Pengobatan antivirus dimulai pada pasien dengan nilai HBV DNA >20,000 IU/ml dan hasil HBeAg positif. Sementara itu, apabila hasil HBeAg negatif, pengobatan dimulai pada nilai HBV DNA >2,000 IU/ml. Pembahasan ini akan dijelaskan lebih lanjut pada bagian pengobatan.
Saat ini, banyak sekali kekhawatiran yang timbul saat pasien pertama kali didiagnosis hepatitis B. Penelitian yang melibatkan 432 orang terkait perilaku dan kekhawatiran pada penderita hepatitis kronik (gambar1) menunjukkan bahwa hampir 70% penderita khawatir bahwa virus hepatitis B dapat menular ke keluarga dan kerabat di sekitarnya. Timbul rasa takut pada 50% responden saat pertama kali didiagnosis hepatitis B. Rasa khawatir merupakan suatu hal yang wajar asal tidak berkepanjangan dan membuat Anda mengisolasi diri sendiri dari lingkungan luar. Jika Anda terdiagnosis hepatitis B, bukan berarti kehidupan anda berakhir. Anda mash dapat hidup normal dan menjalankan aktivitas sehari-hari tanpa adanya batasan tertentu. Lakukan kontrol secara berkala dan pengobatan secara rutin. Jangan stres ketika Anda di diagnosis hepatitis B
Salah Kaprah Mengenai Hepatitis B
Alangkah terkejutnya seorang ibu ketika diberitahu dokter bahwa ia menderita hepatitis B. la pernah mendengar beberapa cerita menakutkan mengenai Hepatitis B, seperti tidak ada obatnya, tidak bisa dihilangkan dari dalam tubuh, ataupun penyakit ini dapat berlangsung seumur hidup dan berujung pada kanker hati. Kasus ini seringkali ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, dimana pemberitaan buruk mengenai hepatitis B menyebabkan penderita mengurungkan niatnya untuk berobat dan memilih untuk berserah diri. Di lain sisi, banyak dari penderita Hepatitis B tidak memiliki keluhan sama sekali sehingga merasa tidak perlu untuk mengkonsultasikan keadaannya ke dokter. Tidak jarang pula petugas kesehatan memberikan informasi yang kurang tepat terhadap penderita Hepatitis B seperti mengatakan bahwa virus dalam dirinya tidak berbahaya dan sedang dalam keadaan tidur dan akan membaik dengan sendirinya.
Pendapat bahwa pasien Hepatitis B tidak perlu berobat adalah menyesatkan. Seseorang peng-idap Hepatitis B harus segera memeriksakan diri ke dokter dengan melakukan wawancara medis, pemeriksaan klinis dan pemeriksaan laboratorium lebih laniut untuk mendapatkan penielasan terkait keadaan virus Hepatitis B dalam dirinya serta tanda bahaya yang menyertainya. Tidak mengherankan bahwa jumlah penderita yang datang dalam kondisi lebih lanjut seperti pengerasan hati, kanker hati bahkan gagal hati masih cukup banyak ditemui dalam praktek dokter sehari – hari dan seringkali penderita datang dalam keadaan yang terlambat. keadaan ini sering menyulitkan keluarga dan para dokter dalam penanggulangan penyakitnya.
Terdapat berbagai informasi salah yang beredar di masyarakat yang cenderung merugikan, seperti seseorang dengan Hepatitis B yang tidak bergejala tidak perlu mengkonsultasikan keadaannya karena mendengar bahwa adanya infeksi Hepatitis B tanpa gejala dan keluhan umumnya terjadi karena virus Hepatitis B sedang tidur sehingga tidak berbahaya. Di sisi lain, terdapat informasi dan anggapan bahwa penyakit Hepatitis B tidak ada obatnya sehingga untuk apa berobat? Masih banyak alasan lainnya yang membuat penderita lupa dan enggan untuk konsultasi ke dokter. Perlu diingat bahwa seluruh pendapat dan anggapan di atas tidak benar. Berbagai informasi yang keliru ini terkadang menjadi faktor penyebab keterlambatan seseorang dalam mengenali dan mencari pertolongan terhadap penyakitnya.
Kondisi Hepatitis B sejatinya dapat dicegah dengan pemberian vaksin hepatitis B pada mereka yang belum terpapar dan melakukan pengobatan segera pada kasus hepatitis B baik kasus baru maupun menahun untuk menghindari perburukan penyakit.
Apabila Anda sudah terinfeksi hepatitis B menahun (kronis), Anda harus mengunjungi dokter sedikitnya sekali setahun karena kerusakan hati dapat terjadi kapan saja. Dokter Anda akan memberikan saran terbaik dalam menjaga kesehatan dan pemeliharaan hati. Dokter juga akan memberitahu Anda jika Anda perlu untuk menjalani pengobatan tertentu dan akan mengarahkan anda ke dokter ahli/ spesialis hati apabila diperlukan.
Kebanyakan orang yang terinfeksi Hepatitis B kronis hidup sehat seperti orang biasa dan baru mengetahuinya ketika melaksanakan general/ medical check-up. Akan tetapi, mereka tidak minum obat Hepatitis B yang sudah diresepkan dokter. Mayoritas orang baru merasa perlu berobat setelah terjadi gejala lanjutan seperti pengerasan hati (sirosis) atau bahkan kanker hati. Seringkali pendapat “Kalau sudah muntah darah karena sirosis, baru mau periksa ke dokter” ditemukan dalam kasus sehari-hari. Virus hepatitis B dikenal sebagai the silent killer (pembunuh diam-diam), yang kapan saja bisa merenggut nvawa seseorang.
Hampir 70% penderita infeksi hepatitis B tidak bergejala atau anikterik (tidak kuning). Akibatnya penderita tidak menyadari telah terkena dan baru diketahui sesudah penyakit berjalan lanjut atau mengalami reaktivasi akut.
Pengetahuan dan kesadaran masyarakat, tenaga kesehatan, serta pengambil kebiiakan terhadap hepatitis menjadi persoalan mendasar bagi penanggulangan hepatitis di Indonesia. Beban penyakit Hepatitis yang besar seharusnya menjadikan penanggulangan Hepatitis sebagai prioritas bidang kesehatan. Kesadaran masyarakat dalam mendeteksi penyakit ini dinilai amat penting. Oleh sebab itu diperlukan adanya pemberian informasi yang tepat seputar hepatitis B, agar pihak awam maupun medis tidak mengalami salah kaprah terkait Hepatitis B.