PENDAHULUAN
Virus hepatitis A adalah suatu penyakit dengan distribusi global. Prevalensi infeksi yang ditandai dengan tingkatan antibodi anti HAV telah diketahui secara universal dan erat hubungannya dengan standar sanitasi/kesehatan daerah yang bersangkutan. Meskipun hepatitis A ditularkan melalui air dan makanan yang tercemar, namun hampir sebagian besar infeksi VHA didapat melalui transmisi endemik atau sporadik yang sifatnya tidak begitu dramatis. Suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri bahwa infeksi VHA saat ini menjadi suatu masalah kesehatan masyarakat dibanyak negara justru karena telah berhasilnya hegara-negara tersebut memperbaiki keadaan perekonomian dan standar kesehatan lingkungannya, sehingga infeksi VHA yang seharusnya didapat masa anak-anak ternyata tertunda sampai dewasa Infeksi VHA tersebut telah menimbulkan suatu masalah disebagian besar negara-negara Eropa Selatan (Yunani, Portugal), Amerika Tengah & Selatan(Cuba, Chili), Asia ( termasuk (Indonesia), Cina, Korea & Singapura. SEJARAH Hepatitis A merupakan penyakit yang menyerang umat manusia, telah diketahui menyebabkan letupan penyakit kuning pada berbagai kelompok populasi yang berbeda. Telah dilaporkan terjadi pada saat kampanye militer sehingga disebut.
SEJARAH
Meskipun beberapa kejadian kuning yang terjadi zaman Hipokrates, yang dikenal dengan nama epidemic jaundice mungkin disebabkan oleh virus hepatitis A, namun baru antara tahun 1820-1879 lebih dari 50 epidemi hepatitis yang tercatat di Eropa,beberapa diantaranya mungkin disebabkan oleh virus hepatitis A yang terjadi pada saat peperangan.Tahun 1912 Cockayne memberikan nama “hepatitis infeksiosa” untuk bentuk penyakit kuning menular tersebut.Tahun 1923 Blummer telah berhasil membuat suatu ringkasan yang sempurna mengenai penyakit ini berdasarkan analisa 63 letupan epidemic jaundice yang terjadi di Amerika Serikat antara tahun 1812-1923. Observasi berikutnya menyatakan adanya 2 bentuk utama virus hepatitis yaitu hepatitis infectious dan hepatitis serum. Tahun 1947 Fred Mac Callum memperkuat istilah hepatitis A dan hepatitis B untuk membedakan kedua jenis penyakit ini, dan ternyata istilah ini telah dibakukan oleh WHO (1973, 1977). Tahun 1950-1970 pola seroepidemiologi terhadap penyakit ini lebih diteliti oleh Murray,Krugman yang secara kebetulan menuntun kita untuk lcemungkinan-kemungkinan baru berupa pencegahan penyakit tersebut. Tahun 1973 virus hepatitis A untuk pertama kali ditemukan secara jelas dengan pemeriksaan immune electron microscopic pada specimen tinja. Selanjutnya cara-cara pemeriksaan immuno assay yang sangat sensitif telah dikembangkan yang memungkinkan deteksi antigen hepatitis virus A dan antibodinya. Pengembangan tersebut ternyata membuahkan hasil ditemukannya tes diagnosis untuk ‘IgM’ yaitu spesifik antibodi yang dapat membedakan infeksi virus hepatitis A yang baru terjadi dibandingkan dengan infeksi yang sudah lama. Tahun 1979 Provost dan Hilleman berhasil membiakkan virus hepatitis A dalam kultur sel yang merupakan pembuka pintu terhadap proses perkembangan vaksin hepatitis A. Kira-kira tahun 1980-an yang lalu suatu letupan ringan/kecil hepatitis A telah dilaporkan terjadi di suatu daerah pedesaan di pinggiran kota Melbourne yang dikenal sebagai Kangaroo Ground. Letupan hepatitis A tersebut diduga terpusat pada satu sekolah dasar lokal dan telah melibatkan beberapa orang anak serta keluarganya.
EPIDEMIOLOGI
Epidemiologi dan transmisi VHA mencakup beberapa faktor sebagai berikut: Karakteristik Epidemiologi infecsi terbagi atas:
Variasi musim dan Geografi.
Di daerah dengan 4 musim, infeksi VI-lA terjadi secara epidemi musiman yang puncaknya biasanya terjadi pada akhir musim semi dan awal musim dingin. Penurunan kejadian VHA akhir-akhir ini telah menunjukkan bahwa infeksi VHA terbatas pada kelompok sosial tertentu yaitu kelompok turis yang sering bepergian, sehingga variasi musiman sudah tidak begitu menonjol lagi. Di daerah tropis puncak insiden yang pernah dilaporkan cenderung untuk terjadi selama musim hujan dan pola epidemik siklik berulang setiap 5-10 tahun sekali, yang mirip dengan penyakit virus lain. Faktor risiko spesifik yang diasosiasikan dengan hepatitis A di Amerika Serikat termasuk kontak erat dengan: orang yang terinfeksi VHA (26%), homoseksualitas (15%), penggunaan obat terlarang (10%), wisatawan mancanegara (foreign travel) 4% dan kontak dengan anak yang dititipkan ditempat penitipan bayi (daycare center).
Usia Insidens.
Semua kelompok umur secara umum rawan terhadap infeksi VI-lA. Insidens tertinggi pada populasi orang sipil, anak sekolah, tetapi dibanyak negara di Eropa Utara dan Amerika Utara ternyata sebagian kasus terjadi pada orang dewasa. Di negara berkembang dimana kondisi higiene dan sanitasi sangat rendah, paparan universal terhadap VHA teridentifikasi dengan adanya prevalensi anti-VHA yang sangat tinggi pada tahun pertama kehidupan dan tentu saja gambaran usia prevalensi anti-VHA benar-benar tergantung pada kondisi-kondisi sosio-ekonomi sebelumnya
Peningkatan prevalensi anti-HAV yang berhubungan dengan umur mulai terjadi dan lebih nyata di daerah dengan kondisi kesehatan dibawah standar. Lebih dari 75% anak dari berbagai benua Asia, Afnika, India, beberapa negara mediterania dan Afrika Selatan menunjukkan sudah memiliki antibodi antiHAV pada usia 5 tahun (Fagan dan William, 1987). Sebagian besar infeksi VHA yang didapat pada usia awal dan kehidupan kebanyakan asimtomatik atau sekurangnya Pernyataan ini sesuai dengan kenyataan yang terdapat di Indonesia seperti pada gambar 1.
Di negara-negara yang maju secara kontras diketahui bahwa insidens infeksi virus hepatitis A telah menurun dalam beberapa tahun terakhir ini dan telah beralih keusia yang lebih tua, hal ini disebabkan kondisi secara social dan ekonomi lebih baik, begitu pula higiene dan sanitasi. Seperti dinegara-negara didunia, di Indonesia pun hepatitis A merupakan masalah kesehatan. Berdasarkan data yang berasal dari rumah sakit, hepatitis A masih merupakan bagian terbesar dan kasus-kasus hepatitis akut yang dirawat yaitu berkisar dan 39,8%-68,3°/o kemudian disusul oleh hepatitis non A-non B sekitar 15,5%– 46,4% dan hepatitis B 6,4%- 25,9%.° Pada RS. Angkatan Laut Mintohardjo dilaporkan bahwa dan 344 kasus hepatitis virus akut yang dirawat antara 1985-1988, hepatitis A, hepatitis B

an non A non B masing-masing 51,2%, 16,6% dan 32,3%. Perbaikan keadaan sosio-ekonomi kesehatan lingkungan memberi dampak kepada gambaran seroepidemiologi hepatitis A dibanyak negara. Gambaran seroepidemiologi hepatitis A dibeberapa tempat di Indonesia memperlihatkan variasi gambaran endemisitas yang tinggi sampai kepada endemisitas menengah. Yang dimaksud dengan endemisitas tinggi adalah gambaran dimana prevalensi anti-HAV pada populasi sampai umur 5 tahun ditemukan sangat tinggi hampir 100%. Laporan dari Irian Jaya memperlihatkan prevalensi anti HAV ditemukan 100% pada usia 4 tahun. Sedangkan prevalensi anti-HAV di Jakarta, Bandung dan Makassar berkisar dari 35-45 % pada usia 5 tahun dan 30 tahun lebih dari 90% sudah teninfeksi.’(Gambar 1).

Gambar 2. Prevalensi hepatitis A berdasarkan kelompok umur di Jakarta (1994)
Hasil penelitian yang berdasarkan kelompok umur dan beberapa rumah sakit tahun 1994 terlihat pada (Gambar 2).
Meski tingkat kejadian infeksi VI-lA menurun di banyak negara-negara industri, infeksi virus
hepatitis A tetap menjadi persoalan kesehatan diantara risiko tinggi, seperti pekerja kesehatan, makanan, pekenja sanitasi, penyalahgunaan homoseksual, mereka yang pergi ke daerah dengan endemisitas rendah ke tinggi, tempat penitipan bayi, institusi kejiwaan dan beberapa rumah tahanan.
ETIOLOGI
Virus A merupakan partikel dengan ukuran 27 tergolong virus hepatitis terkecil, termasuk pikomavirus. Ternyata hanya terdapat satu serotipe yang dapat menimbulkan hepatitis pada manusia. Dengan mikroskop elektron terlihat virus tidak memiliki mantel, hanya memiliki suatu nukleokapsid yang merupakan ciri khas dan antigen virus hepatitis A.